Senin, 11 Mei 2015

Sosok Kerja Masa Depan Dikendalikan Teknologi



Serikat buruh hingga kini masih berilusi, bahwa merekalah yang menentukan wujud kerja di masa depan Padahal di masa depan kerja akan dikendalikan otomatisasi dan digitalisasi. Perspektif Rolf Wenkel.
Sejak 125 tahun tanggal 1 Mei ditetapkan serikat pekerja sebagai hari buruh internasional, sebagai peringatan atas protes buruh yang memperjuangkan lebih banyak hak dan kenaikan gaji yang berakhir berdarah-darah di Chicago. Hingga sekarang, serikat buruh selalu memanfaatkan tanggal 1 Mei sebagai kampanye untuk menuntut perbaikan persyaratan kerja.
Pada hari buruh kali ini serikat pekerja Jerman mengklaim motto sangat muluk: "Kami akan menentukan sosok kerja di masa depan." Sebuah motto yang kedengaran sumbang, keras kepala dan hanya ilusi. Sebab, serikat buruh di negara maju Eropa, khususnya di Jerman, menghadapi nasib yang sama seperti gereja Kristen dan perhimpunan olah raga. Anggotanya berbondong-bondong hengkang, kekurangan generasi penerus dan keum wanita nyaris tak terwakili.
Itu sebabnya, pada tahun-tahun belakangan di Eropa nyaris tidak ada lagi demo buruh di jalanan untuk menutut hak pekerja pada hari buruh tanggal 1 Mei. Mereka lebih memilih menikmati hari libur itu dengan berkumpul dengan sesama buruh di pub atau restoran.
Buruh Jerman punya argumen kuat untuk itu: setelah selama seperempat abad jumlah anggota terus menciut, serikat buruh menyadari mereka tidak lagi memiliki arti penting dan kekuatan untuk menentukan sosok dunia kerja. Di sisi lainnya, satu dasawarsa terakhir ini, serikat buruh di Jerman memprioritaskan perjuangan untuk mempertahankan lapangan kerja, ketimbang menuntut kenaikan gaji.
Dengan kata lain, serikat buruh Jerman belajar dengan tuntutan lebih sederhana. Sebuah perilaku yang sudah dimengerti dan diterapkan sejak lama oleh buruh di negara-negara pengguna mata uang Euro lainnya. Hasilnya, mereka kini jadi lokomotiv pertumbuhan Eropa.
Para ahli ekonomi juga memuji penurunan tingkat upah dan gaji itu, karena Jerman menjadi jauh lebih mampu bersaing dibanding negara tetangganya. Akan tetapi juga harus diantisipasi, bahwa masa depan lapangan kerja tidak lagi dibentuk oleh serikat pekerja. Di negara-negara industri maju sekelas Jerman atau Jepang, masa depan dunia kerja akan ditentukan oleh faktor demografi, oleh sebuah masyarakat yang usianya semakin tua.
Rolf Wenkel redaktur DW
Masa depan dunia kerja, akan ditentukan oleh para insinyu dan pakar teknologi informatika. Di masa depan, proses produksi akan dikendalikan oleh sistem yang disebut "Industri 4.0" atau versi lebih baru lainnya.
Dalam 20 tahun ke depan, separuh lapangan kerja akan terkena dampak otomatisasi dan digitalisasi. Kerja di masa depan, tidak akan hanya terbatas pada proses ban berjalan klasik, melainkan juga mencakup lapangan kerja dengan kualifikasi jauh lebih tinggi.
Tren ini tentu saja memicu ketakutan. Apakah lapangan kerja kita akan hilang? Dan serikat buruh dalam era ini, hanya akan memainkan peranan klasiknya yang konservatif, dan tidak menentukan sosok kerja di masa depan. Paling banyak hanya ikut berkontribusi.
Tentu saja hal ini tidak harus berarti situasi fatal. Sebab, di era ketika kemajuan teknik mengacak-acak dunia kerja klasik, dimana hari-hari kerja lazim diramalkan akan tamat, dan buruh terancam jadi pekerja musiman seumur hidupnya, adalah tidak buruk jika serikat buruh ikut memberikan kontribusi sebuah suara yang perlu didengar. Hal itu juga masih berlaku di masa depan-
Source :
 http://www.dw.de/sosok-kerja-masa-depan-dikendalikan-teknologi/a-18423049
http://fauzi-sistem.blogspot.com/2015/05/sosok-kerja-masa-depan-dikendalikan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar